Sekilas tentang pendidikan sekolah dasar di Jepang
Saya dan Prof. Gede dengan buku karangan beliau |
Semua berawal ketika saya
ditawari melanjutkan studi S3 saya ke Jepang oleh Professor saya , Prof. Gede,
waktu itu saya masih menjabat sebagai asisten beliau di Lab Thermodinamika
Teknik Kimia ITS. Prof. Gede bercerita santai kepada saya bagaimana enaknya
sekolah di Jepang . Beliau bercerita tentang masa studi S2 dan S3 yang beliau
habiskan di Jepang khususnya saat beliau menyelesaikan studi doktoral di Hiroshima
University. Yang menarik dari cerita ini
adalah bagaimana beliau berbagi kisah tentang pendidikan sekolah dasar di
Jepang,kebetulan saat itu beliau membawa anak beliau yang masih berusia 7 atau 8 tahun(bukan berarti cerita tentang S3-nya itu sendiri tidak menarik yaaaa..tapi
saya yakin anda anda yang baca ini tidak mau disuguhi 200 kata tentang
supercritical polymer..see what i’m talking guys?;p)
Berawal dari setibanya beliau di
kota Hiroshima,karena di Jepang itu menerapkan wajib belajar 9 tahun. Jadi anak2
pada usia 6-15 tahun wajib bersekolah tanpa terkecuali. Beliau mendata alamat
rumah beliau kemudian pihak darisana (pemerintah kota Hiroshima) mengatur
sekolah dasar yang dekat dengan rumah beliau. Sesampainya didepan gerbang
sekolah ternyata beliau dan istri sudah ditunggu kepala sekolah. Kepala sekolah
tersebut tersenyum sambil membungkukkan badan mengucapkan salam kemudian
menyambut Prof. Gede dan keluarga dengan ramah..buku-buku dan seragam sudah
disediakan gratis oleh pihak sekolah.Enak ya??tidak hanya buku dan seragamnya
saja yang gratis..biaya sekolahnya pun semuanya gratis. Prof. Gede hanya cukup
membayar biaya beberapa ratus yen untuk kegiatan acara makan siang bersama sebulan
sekali (itu loo..yang seperti di komik atau film kartun Shinchan)
Karena awalnya anak beliau belum
mengerti bahasa Jepang,maka oleh pihak sekolah disediakan 1 tenaga pembimbing
yang akan selalu mendampingi anak beliau sampai anak beliau bisa lebih
menguasai bahasa jepang. Uniknya , sekolah dasar di Jepang itu punya aturan
radius jarak rumah , jadi anak-anak yang rumahnya mempunyai radius sekian sampai
sekian ratus meter (saya tidak tahu detailnya) hanya boleh berjalan kaki ke
sekolahnya..proses jalan kakinya pun diatur,setiap rumah nanti akan dijemput
oleh ketua regu yang biasanya dipilih dari anak kelas 6 SD untuk region daerah
tersebut (persis seperti di komik Shinchan lagi) untuk radius lebih jauh dari
itu diperkenankan naik sepeda. Ada cerita lucu mengenai radius jarak rumah ini,
teman Prof.Gede kebetulan baru pindah ke Jepang,kemudian teman beliau ini
ngotot mengantarkan anaknya yang juga masih SD ini menggunakan
mobil,sesampainya di sekolah anak tersebut,Kepala Sekolahnya mempersilahkan
anak itu pulang dan kembali ke sekolah dengan berjalan kaki..aturan tetaplah
aturan..which i think was sooo cool! Kisah lainnya,ada lagi seorang teman
beliau yang baru pindah ke Jepang,kebetulan teman beliau ini sedikit keras dalam
memilihkan sekolah anaknya,teman beliau tersebut hanya mau menyekolahkan
anaknya jika sekolah tersebut menyediakan pendidikan agama yang sama dengan
keluarga mereka,karena di jepang memang tidak ada sekolah seperti itu maka
teman beliau tersebut memutuskan untuk tidak menyekolahkan anaknya di SD yang
disediakan dan lebih memilih untuk mengajarkan anaknya sendiri di rumah,model
model homeschooling gitulaah..Belum sampai seminggu teman Prof. Gede itu ditelpon
pihak berwenang kota Hiroshima,ternyata..arti “Wajib Belajar “ di Jepang adalah
anda WAJIB menyekolahkan anak-anak anda untuk mendapat pendidikan atau anda
selaku orangtua akan masuk penjara karena dianggap melanggar hukum
menghilangkan hak anak-anak anda untuk mendapat pendidikan. Setelah mendapat
peringatan tersebut akhirnya teman beliau menyekolahkan anaknya di SD yang telah
disediakan dan ternyata sama sekali tidak keberatan dengan hasil pendidikan SD
tersebut. WOW!
Sekolah di Jepang juga
menyelenggarakan Ujian Akhir,tetapi bukan untuk menyeleksi mana anak yang
pantas lulus atau tidak melainkan untuk melihat pemerataan hasil pembelajaran
diseluruh wilayah Jepang. Jika ada sekolah yang nilai-nilai muridnya buruk maka gur-guru disekolah tersebut akan diganti dengan guru-guru yang berasal dari sekolah yang
nilai-nilainya baik..semacam rolling gitulah..maksudnya agar semua anak anak di
jepang mendapat kualitas pendidikan yang sama.*tepuk tangan*
Untuk konten pendidikan di
sekolah dasar,tahun pertama di sekolah dasar siswa tidak diajarkan untuk
membaca,menulis ataupun berhitung. Murid murid disana diajarkan tata krama dan
sopan santun,bagaimana menghormati budaya dan orang yang lebih tua,diajarkan
disiplin dasar serta pendidikan moral. Murid murid disana juga ‘dipaksa’ untuk
bergaul dengan sesama,pada saat jam istirahat sangat dilarang jika ada siswa
yang duduk di kelas , semua siswa harus berbaur dan berinteraksi dengan teman2nya
di lapangan. (sudah mulai keliatan bedanya dengan sistem pendidikan di negara
kita tercinta ini?)
Yang paling irois dari cerita
cerita tersebut adalah saat Prof.Gede bercerita bagaimana situasinya saat
beliau sekeluarga kembali ke Indonesia. Anak beliau yang saat itu mau masuk SMP
tidak mendapat sekolah dimana mana karena alasan “Ijazah SD tidak jelas” Prof. Gede
sampai bolak balik Surabaya-Jakarta untuk mengurus dokumen ijazah..dan
ujung2nya..tetap tidak diterima oleh sekolah negeri..anak beliau akhirnya
bersekolah di sekolah swasta dengan waktu penerimaan yang nyaris terlambat. Beliau sampai membatin..”di Jepang,saya orang
asing tapi anak saya tidak menemui kesulitan apapun dalam mendapatkan
sekolah..di negeri saya sendiri saya sudah repot mengurus ini itu dan anak saya
nyaris saja tidak mendapatkan sekolah..”
Saya terkesan sekali dengan
cerita cerita beliau..saya kagum dengan sitem pendidikan Jepang yang
terstruktur rapi baik bagi warga sendiri maupun bagi warga asing dengan
kualitas yang tidak perlu diragukan. Saya sampai punya niat mau membesarkan anak
anak saya nanti di Jepang saja hahahahahaaaa...
Bukannya saya tidak cinta negara saya sendiri tapi anda tahu sendiri
kan?? Ruwetnya birokrasi,sistem pendidikan yang makin tidak jelas,saya hanya
berharap Indonesia bisa meniru hal baik dari sitem pendidikan di jepang..dan
saya yakin kita bisa kalau kita mau dan semua komponen masyarakat mendukung.
Mari berusaha untuk Indonesia yg
lebih baik!
PS : semua cerita ini bersumber
dari Prof. Dr. Ir. Gede Wibawa ,M.Eng,jika ada yang mau protes atau mau
ditanyakan..bisa menghubungi beliau di gwibawa@chem-eng.its.ac.id ,sukur
sukur dijawab yak..soalnya beliau super sibuk hahaha..
Pictures from google.com (in case the picture is myself,that must be from my own gallery :p )
Comments:
Post a Comment