Menjadi Seorang Ibu
Menjadi seorang ibu adalah anugrah
Menjadi seorang ibu adalah perjalanan
Menjadi seorang ibu bukanlah kompetisi
Tapi yang saya jumpai
sekarang,menjadi seorang ibu itu lebih seperti ajang pamer dan kompetisi
disertai ajang menghakimi cara ibu lain yang tidak sejalan dan sepaham antara
ibu satu dengan yang lain dan akhirnya berakhir menjadi Mommies War dengan
korban ribuan ibu menjadi tersinggung dan sakit hati padahal sejatinya kita
semua harus ingat,sebagai sesame ibu,kita pasti tahu setiap ibu (yang waras)
pasti menginginkan dan mengusahakan yang terbaik bagi buah hatinya.
Banyak hal yang menjadi sumber
perdebatan dan ajang penghakiman di ajang Mommies War, mulai dari Lahiran SC vs
Lahiran Normal , ibu bekerja vs ibu dirumah, ibu homemade MPASI vs MPASI instan
, ibu pakai nanny vs tidak pakai nanny , ibu pakai stroller vs tidak pakai
stroller , ibu ASI vs sufor bahkan yang
terbaru sampai mempermasalahkan pemberian ASIP (ASI Perah) dan saya membaca
semua debat kusir tersebut dan hanya bisa tertawa , kenapa saya sebut debat
kusir? Dan kenapa saya hanya bisa tertawa?
Saya sebut debat kusir karena
saya lihat ibu ibu yang saling berdebat dan menegaskan caranya yang paling
benar ternyata kebanyakan anaknya baru berusia paling besar 2-3 tahun dan baru
punya 1 anak , dan saya tertawa saja melihat cara mereka menghakimi cara ibu
lain yang tidak sesuai dengan cara mereka dan dengan keyakinan penuh bahwa cara
merekalah yang paling bagus itu tidak punya bukti apapun mengenai cara
merekalah yang paling benar.
Contoh kasus :
Ibu pekerja vs Ibu dirumah (Stay at home Mom)
Stay at Home Mom selalu memandang
rendah ibu pekerja,menganggap ibu pekerja egois dan nantinya menjadi tidak
dekat kepada anak , apakah Stay at Home Mom punya bukti? Buktinya hanya mengacu
kepada diri mereka sendiri yang sangat dekat kepada anak dan melihat
tetangganya yang ibu pekerja dijauhi anak,tapi apakah bukti itu cukup untuk
menghakimi seluruh ibu ibu pekerja?? TENTU SAJA TIDAK.
Kalau diBali malah lain kasus ,
Stay at Home Mom selalu dipandang sebelah mata oleh Ibu Pekerja karena mereka
dianggap malas dan hanya menghabiskan uang suami dan tuduhan itu hanya berdasar
dari hati picik diri mereka sendiri tanpa mau memikirkan situasi dan kondisi
kenapa ibu lain memilih jalan yang berbeda dari mereka.
Ibu ASI vs Sufor
Ini merupakan perdebatan paling
panas yang masih terjadi sampai sekarang, Ibu ASI selalu mencibir dan memandang
rendah para Ibu yang memberi Sufor,tanpa mereka pernah memikirkan lebih jauh
kenapa Ibu Sufor memberi Sufor kepada anak mereka. Ibu ASI mengklaim dengan
memberi ASI (apalagi ASI Ekslusif) anaknya pasti akan menjadi pintar,tidak
gampang sakit dan anak hasil Sufor pasti akan gampang sakit dan tidak akan
menjadi sepintar anak mereka . Dan Ibu ASI tersebut mengklaim sepihak tanpa
adanya bukti konkrit benarkan anaknya akan lebih pintar daripada anak hasil
sufor,wong anaknya sendiri saja baru berusia 2 tahun , punya rapot saja belum
bagaimana mau membuktikan anaknya akan lebih pintar daripada anak hasil sufor?
Dan bicara ASI pasti bicara
bonding ibu dan anak,benarkan yang memberi ASI bondingnya akan lebih kuat? Bisakah
kita menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban YA dan TIDAK secara tegas
tanpa hasil penelitian dan bukti yang lebih konkrit?
Dan saya melihat awal mula
terjadinya Mommies War ini hanyalah masalah EGO semata, Ego setiap ibu yang
ingin membuktikan bahwa dirinyalah Ibu Terbaik. Tidak masalah jika anda merasa
menjadi Ibu Paling Baik sejagad raya,yang tidak baik adalah anda hanya
menghakimi sepihak cara anda yang paling benar dan menjatuhkan,mencibir bahkan
menyalahkan cara ibu lain yang tidak sepaham dengan anda sedangkan anak anda
sendiri saja baru berusia 2-3 tahun,masih piyik,belum bisa menjadi ajang
pembuktian anda untuk pamer bahwa anda berhasil menjadi ibu terbaik.
Menurut saya ada 2 orang Ibu yang
jika beliau beliau mau sombong mengklaim bahwa dirinya adalah ibu terbaik itu
wajar wajar saja karena 2 orang Ibu ini mempunyai bukti sangat konkrit bahwa
mereka sudah sangat berhasil menjadi seorang Ibu yang merawat dan mendidik
anak2nya menjadi orang2 yang berhasil. Mari saya beberkan ceritanya..dan cerita
ini adalah cerita nyata..
Ibu Saya
Ibu saya menikah dengan Ayah saya
pada umur 24 tahun,Ibu saya adalah seorang pegawai bank swasta,begitu mempunyai
saya sebagai anak pertama dan menyusul setahun kemudian adik perempuan saya
lahir,Ibu saya tetap bekerja karena Ibu masih membiayai adik2nya yang belum
selesai sekolah,tetapi Ibu saya tetap memberikan saya dan adik saya ASI,setiap
istirahat kantor Ibu saya selalu cepat cepat pulang dan menyuapi saya dan adik
saya makan siang. Ibu saya bangun subuh setiap hari untuk memasakan makanan
untuk saya dan adik saya. Saya hanya
dapat ASI 4 bulan karena Ibu saya terlanjur hamil lagi,apakah saya menjadi
sakit sakitan? Tidak..buktinya sampai detik ini , di usia saya yang 28 tahun
ini syukur Puji Tuhan daya tahan tubuh saya termasuk yang paling bagus di
keluarga,Adik perempuan saya lebih beruntung,dia mendapat pasokan ASI full 2
tahun tetapi sayang adik perempuan saya daya tahan tubuhnya memang lemah,sangat
gampang sekali sakit,padahal kalau pakai teori ASI kan anak yang diberi ASI
harusnya lebih strong ya? Tapi itulah manusia,kondisi tiap anak itu berbeda
beda tidak bisa dipukul rata menjadi sama semua menggunakan 1 teori,bukan
berarti juga artinya anak jangan diberi ASI karena nanti seperti adik saya
malah gampang sakit ya..bukan itu tujuan paragraf ini,saya hanya memberi contoh
nyata bahwa daya tahan tubuh setiap anak itu berbeda beda,tidak notabene
masalah dikasi ASI atau Sufor.
Saat usia saya 2 tahun,Ayah saya
mendapat kenaikan pangkat dan dipindahkan ke Jakarta,Ayah saya meminta Ibu saya
berhenti bekerja dan ikut bersama Ayah pindah ke Jakarta,disitulah Ibu saya
membuat keputusan paling besar dalam hidupnya,Ibu saya merelakan
pekerjaannya,meninggalkan kampung halaman dan teman2 dekatnya demi mendampingi
Ayah saya di perantauan dan fokus mengurus saya dan adik,karena Ayah saya tidak
mau menitipkan kami berdua di penitipan anak. Di usia 4 tahun saya dikaruniai
adik laki laki,dan tanpa diketahui sebabnya,ASI Ibu saya yang sebelumnya
berhasil memberi adik perempuan saya full ASI tiba2 menjadi macet,adik lelaki
saya hanya mendapat ASI 1 bulan selebihnya susu formula.
Lalu kalau menilik teori Ibu Ibu
ASI yang mengklaim anak ASI akan menjadi lebih pintar daripada anak sufor ,
berarti bisa disimpulkan bahwa dari ketiga bersaudara yang akan menjadi paling
pintar adalah adik perempuan saya yang mendapat ASI full 2 tahun sedangkan saya
dan adik lelaki saya hanya akan menjadi anak biasa biasa saja. Benarkah teori
Ibu Ibu (sok) hebat itu?
Gelar pendidikan terakhir saya
adalah S2, Master of Chemical Engineering , yang saya dapatkan dari hasil full
beasiswa pemerintah Taiwan dan sekarang saya bekerja di Pabrik Polyurethane
Foam sebagai kepala departemen Research and Development , Gelar Pendidikan
terakhir Adik Perempuan saya adalah S2 , Magister Management dari FE UGM dan
sekarang bekerja sebagai Relationship Manager di Mandiri Institutional Banking ,
dan adik lelaki saya baru saja di wisuda , gelar terakhir adik lelaki saya
adalah dr.,ya..adik lelaki saya baru saja lulus menjadi seorang Dokter,yang
sekarang sedang menjalankan program internship untuk mendapat SIP dan
melanjutkan pendidikan di bidang bedah saraf.
Ibu saya sangat sangat berhak
untuk sombong karena beliau telah berhasil mendidik anak2nya menjadi anak anak yang berhasil,ketiga anak
beliau semuanya mendapatkan strata pertama di Universitas Negri,dua anaknya
berhasil menjadi sarjana S2 dan anak laki lakinya sebentar lagi akan menjadi
dokter spesialis. Apakah Ibu saya koar koar via status medsos menghakimi cara
ibu lain yang tidak sejalan? Tidak..Ibu
saya merupakan wanita yang sangat humble,tanpa sungkan bertanya kepada ibu ibu yang
lebih sepuh tentang saran parenting dan tanpa rasa jumawa berbagi saran kepada
ibu ibu yang lebih muda yang bertanya seputar parenting kepada beliau.
Apakah kami bertiga berhasil
memperoleh gelar gelar tersebut hanya karena dicekoki ASI atau Sufor? Tidak ibu
ibu..ASI,Sufor hanya bagian kecil dari factor kecerdasan anak..Faktor yang
paling penting dalam menentukan keberhasilan seorang anak adalah bagaimana
keluarganya mendidik anak tersebut. Jadi janganlah sesumbar baru bisa memberi
ASI eksklusif sudah mencibir dan merendahkan ibu ibu lain yang tidak berhasil
memberi ASI kepada anak2nya,Menghakimi ibu ibu yang tidak berhasil memberi ASI
sebagai Ibu yang malas dan tidak niat memberikan yang terbaik bagi anak2nya, Hey
buktikan dulu anakmu sudah menjadi orang berhasil baru silahkan koar koar.
Ibu Mertua
Ibu Mertua saya adalah Ibu
Pekerja,dikaruniai 1 anak lelaki yang beliau tunggu cukup lama,saat melahirkan
suami saya saya dalam kondisi sungsang. Ibu mertua saya memberi suami saya full
ASI selama 2 tahun , Ibu Mertua saya tetap bekerja untuk ikut membantu
perekonomian keluarga ,realistis saja karena untuk memberi suami saya hidup
yang layak,Bapak dan Ibu mertua saya harus sama sama bekerja. Dan dengan kerja
keras beliau beliau,suami saya berhasil menjadi seorang dokter dan sekarang
sedang menempuk pendidikan dokter spesialis THT. Dan Apakah suami saya jadi tidak akrab dengan Ibunya
sendiri karena semasa kecil selalu dititipkan dirumah kakek atau diurus
pembantu? Tentu saja tidak..Setiap pulang kerja,ibu mertua saya selalu
menyempatkan diri mengajari suami saya berbagai macam hal,subuh subuh bangun
pagi untuk memasak dan membuatkan suami saya bekal makan siang,setiap siange
mengecek kondisi anaknya apakah sudah pulang sekolah dan sudah makan atau belum
dan Suami saya sangat dekat dengan ibunya,bahkan curhat jodohpun bisa cerita
sampai malam dengan ibunya. Apakah Ibu mertua saya koar koar merendahkan ibu
non ASI yang kerjanya diam dirumah? Tentu saja tidak..Jadi janganlah merasa sok
cara anda merupakan cara yang paling
benar. Janganlah mengucilkan jerih payah dan usaha usaha ibu lain yang juga
ingin memberikan yang terbaik untuk anak mereka sedangkan anda sendiri saja
belum punya bukti konkrit.
Dari dua contoh diatas bisa
diambil kesimpulan juga kalau mau anak dikasi full ASI seperti suami saya atau
mau full sufor seperti adik lelaki saya hasilnya sama saja,sama sama bisa
menjadi seorang Dokter. Karena yang menjadikan anakmu berhasil itu adalah usaha
dan perjuangan dari hati yang terdalam,mendidik,merawat dan mengusahakan sekolah,pendidikan
serta kehidupan yang terbaik untuk menunjang keberhasilan anak anakmu. Seorang
anak itu bisa pasti bisa merasakan jika ibunya sayang luar biasa kepada
mereka,karena ibu dan anak merupakan hubungan hati,tidak akan dikalahkan hanya
karena ditinggal bekerja (bekerja demi mereka juga) atau hanya karena tidak
diberi ASI (atau ASI langsung dari gentongnya).
Jadi para Ibu, marilah kita
saling sharing pengalaman parenting dengan cara yang lebih sopan tanpa
menyakiti atau menyinggung perasaan ibu lain. Ibu adalah mahkluk paling sensitive
apalagi yang berkaitan dengan anak mereka karena sejatinya setiap ibu (yang
waras) pasti menginginkan dan mengusahakan yang terbaik bagi buah hati mereka.
Dan jika kamu tetap bebal merasa
sebagai ibu yang paling benar dalam cara membesarkan anak,silahkan saja tapi
berikan kami bukti yang konkrit anakmu sudah jadi orang berhasil atau belum
karena jika kamu hanya koar koar saja maka jangan salahkan kami jika kami hanya
mentertawakan serta mengasihanimu dan pikiran picikmu.
Menjadi seorang Ibu adalah
kebahagian,kebahagiaan yang selayaknya kita bagi tanpa mengurangi kebahagian
ibu ibu lain. Mungkin tanpa sadar anda pamer cara parenting anda dan tanpa
sadar menyakiti hati ibu ibu lain yang membesarkan anak dengan cara yang berbeda.
Marilah kita ubah semua Mommies War yang ada menjadi Mommies Love karena hanya
sesama ibu yang mengerti suka dukanya menjadi seorang Ibu J
Salam seperjuangan ,
dari Ibu pekerja beranak 1 yang
berusia 1,5 tahun dan memberi anaknya susu formula karena ASI-nya sudah tidak
keluar lagi
Pictures from google.com (in case the picture is myself,that must be from my own gallery :p )
Ahzafani Shop
ReplyDelete